Monday, January 27, 2014

Hubungan Asmara yang Ideal, Seperti Apa?

Tiap kali saya membuka internet, menelusuri timeline jejaring sosial atau membaca artikel (iya, artikel sejenis ini), sering banget saya menemukan posting yang berkaitan dengan masalah hubungan dengan pasangan. Ada yang berupa gambar dengan tulisan inspiratif, gambar dengan adegan lucu, artikel pendek, atau screen capture dari postingan orang lain. Biasanya temanya seputar bagaimana seharusnya hubungan berjalan, apa yang seharusnya pria lakukan untuk wanita, atau tentang bagaimana kita harus menghargai hal-hal kecil yang terjadi dalam suatu hubungan. 


Dan tanpa sadar, kita bisa membentuk persepsi bahwa hubungan yang ideal adalah hubungan yang sesuai dengan segala macam posting yang sering kita lihat di internet dan linimasa.

Padahal setiap hubungan memiliki jenisnya masing-masing, karena karakter setiap individu itu berbeda sehingga kita nggak bisa menerapkan standar yang sama. Oke lah, kita semua sepakat bahwa ada hal-hal dasar yang menjadi konsensus bersama sebagai standar hubungan yang sehat, tapi saya merasa bahwa karakter tiap hubungan tiap pasangan itu pasti berbeda-beda.

Saya pernah melihat beberapa teman perempuan yang sedang berulang tahun, dikirimi bunga ke kantor oleh pasangannya. Tentunya nggak lupa dengan kartu berisi ucapan manis yang membuat para perempuan lain di kantor mengatakan, ‘Aaaahhh... So sweeett.’ Atau dalam kesempatan lain, melihat bagaimana beberapa pria menunjukkan dengan jelas perasaannya dalam jejaring sosial sehingga membuat banyak wanita iri dan berkeinginan untuk memiliki pasangan seperti si pria tersebut.

Nggak ada yang salah dengan itu dan saya sama sekali nggak pernah menentang hal tersebut. Bagi para perempuan di luar sana yang memiliki pasangan seperti itu, lucky you. Tapi kalau ditanya apakah saya cemburu atau iri terhadap perlakuan seperti itu? Kayaknya nggak. Memang sih, hal-hal seperti itu, yang menunjukan perhatian dan perasaan dengan sangat jelas, menyenangkan banget dan sangat penting untuk mengapresiasi pasangan kita. Tapi menurut saya ada hal-hal lain yang jauh lebih penting dari itu.

Saya pernah memiliki pasangan yang setiap hari kerjaannya membanjiri saya dengan kata-kata manis, memperlakukan saya seperti ratu, dan perhatiannya luar biasa (termasuk di dalamnya mengirimkan bunga seperti di atas). Senang? Iya pasti. Tapi saya merasa bahwa ada hal-hal mendasar yang nggak terpenuhi, nggak tahu apa. Sampai akhirnya beberapa tahun kemudian saya menjalin hubungan dengan orang lain dan menemukan apa yang nggak terpenuhi. 

Saat itu saya belajar bahwa dalam hubungan yang saya jalani, kita harus berfokus dengan bagaimana kita diperlakukan setiap hari. Pastinya saya nggak akan marah kalau sering-sering dikasih hadiah dan dibanjiri perhatian ketika habis menjalani hari buruk seperti di hubungan saya sebelumnya. Tapi nyatanya ketika saya nggak mendapatkan pasangan yang seperti itu, ternyata hidup saya baik-baik saja dan bahkan jauh lebih baik.

Pasangan saya nggak pernah mengirimkan bunga atau menghujani saya dengan kata-kata manis yang menyatakan bahwa saya adalah ‘dunia’-nya. Dia bahkan jarang memberikan kejutan, hampir nggak pernah memberikan saya hadiah ulang tahun (tapi untungnya masih ingat tanggal ulang tahun saya, sih), dan nggak pernah mengucapkan ‘I love you’. Intinya, dia sama sekali bukan pria idaman kalau standarnya adalah ‘grand gestures’. Tapi di sisi lain dia adalah orang yang sangat suportif dalam setiap hal, menghargai setiap keputusan yang saya ambil, nggak pernah merendahkan ketika saya berbuat salah dan justru memberikan masukan apabila dia lebih tahu dari pada saya. 

Dan dia mengubah saya. Sebentar, nggak usah protes dulu dengan bilang bahwa seharusnya kita mencari pasangan yang menerima kita apa adanya dan nggak berusaha mengubah kita menjadi apa yang mereka inginkan. Pernah nggak berpikir bahwa bisa jadi perubahan itu adalah sesuatu yang positif? Pasangan saya membantu saya untuk mendefinisikan visi hidup saya (tanpa dia memaksakan visinya sendiri), membawa saya ke jejaring yang lebih luas dengan membuka pikiran dan pandangan—yang mana saya nggak akan berada dalam tahap hidup saya yang sekarang tanpa dia. Dan semuanya itu adalah perubahan yang baik. 

Jadi, menurut saya, hal paling mendasar yang harus ada dalam pasangan kita adalah bahwa dia bisa membantu kita untuk berkembang menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik serta membantu memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri kita. Dan ini adalah salah satu alasan mengapa saya nggak mau mendefinisikan hubungan saya dan pasangan atas segala macam postingan yang saya lihat di internet: saya harus menetapkan standar sendiri, karena hanya saya dan pasangan saya lah yang akan menjalani hubungan ini. Bukan bersama orang-orang lain di seluruh dunia. 


info by : Yahoo!! SHE

(kenapa gw copas disini karena gw suka sama isi dari artikel ini... smoga menginspirasi untuk pasangan di mana saja)