Thursday, October 28, 2010

Kapan waktu minum obat yang baik??



Untuk mendapatkan efek obat yang optimal, obat harus diminum pada waktu yang tepat. Tepat bisa terkait dengan sebelum atau sesudah makan, atau terkait dengan waktu pagi, siang, atau malam. Beberapa obat mungkin bisa diminum setiap saat tanpa mempengaruhi efeknya, sedangkan obat lain sebaiknya diminum pada saat-saat tertentu. Mengapa ada obat yang harus diminum sebelum atau sesudah makan? Pada umumnya orang berpendapat bahwa sebaiknya sebelum minum obat harus makan dulu sebagai “alas”. Tapi benarkah demikian ? Tidak, begini penjelasannya.

Obat adalah suatu senyawa kimia yang memiliki aneka sifat dan efek. Ketika obat diminum, tentu akan melewati lambung dan masuk ke dalam usus. Sebagian kecil obat diserap di lambung, dan sebagian besar adalah di usus halus yang permukaannya sangat luas. Pada dasarnya obat-obat dapat diserap dengan baik dan cepat jika tidak ada gangguan di lambung maupun usus, misalnya berupa makanan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan. Uniknya, ada obat-obat yang penyerapannya terganggu dengan adanya makanan, ada yang justru terbantu dengan adanya makanan, dan ada yang tidak terpengaruh dengan ada/tidaknya makanan. Hal ini akan menentukan kapan sebaiknya obat diminum, sebelum atau sesudah makan. Tapi jangan salah, yang dimaksud dengan sebelum makan adalah ketika perut dalam keadaan kosong. Sedangkan sesudah makan adalah sesaat sesudah makan, ketika perut masih berisi makanan, jangan lewat dari 2 jam. Kalau lebih dari dua jam setelah makan, makanan sudah diolah dan diserap, kondisinya bisa disamakan dengan sebelum makan. Antibiotika eritromisin dan amoksisilin misalnya, dan analgetika parasetamol, akan diserap lebih baik jika tidak ada makanan, sehingga lebih baik jika diminum sebelum makan. Sedangkan obat anti epilepsi fenitoin, atau obat hipertensi propanolol misalnya, akan terbantu penyerapannya dengan adanya makanan, sehingga sebaiknya diminum sesudah makan. Selain interaksi dengan makanan secara umum, obat tertentu dapat berinteraksi secara khusus dengan senyawa tertentu dari makanan. Contoh terkenal adalah antibiotika tetrasiklin. Tetrasiklin dapat berikatan dengan senyawa kalsium membentuk senyawa yang tidak dapat diserap oleh tubuh, sehingga mengurangi efek tetrasiklin. Jadi jika tetrasiklin diminum bersama susu, atau suplemen vitamin-mineral yang mengandung kalsium, efek tetrasiklin bisa jadi berkurang. Selain tetrasiklin, ada juga antibiotika golongan kuinolon, seperti siprofloksasin, ofloksasin, yang juga bisa mengikat logam-logam bervalensi dua atau tiga, seperti kalsium, magnesium, dan aluminium. Karena itu, sebaiknya tidak minum obat ini bersama-sama dengan obat-obat yang mengandung logam2 tersebut seperti pada komposisi obat maag (antasid). Jika terpaksa harus menggunakan obat maag (antasid) bersamaan dengan antibiotika tetrasiklin atau golongan kuinolon, sebaiknya diberi selang waktu sedikitnya 2 jam.

Selain interaksinya dengan makanan, sifat suatu obat juga menentukan kapan sebaiknya obat diminum. Beberapa obat tertentu dapat mengiritasi lambung sehingga menyebabkan tukak lambung, atau memperparah sakit maag. Contoh terkenal obat yang termasuk golongan ini adalah aspirin/asetosal, kortikosteroid (deksametason, hidrokortison, dll), dan obat-obat antiradang seperti diklofenak, piroksikam, dll yang sering digunakan untuk obat rematik. Obat-obat ini harus diminum sesudah makan.

Kapan sebaiknya minum obat: pagi, siang atau sore/malam?

Waktu terbaik untuk minum obat tergantung pada jenis obatnya. Di bawah ini adalah waktu minum obat berdasarkan golongan penggunaannya.

1. Obat diabetes dan penguat jantung

Waktu yang terbaik adalah pukul 4:00 – 5:00 pagi. Tubuh manusia paling sensitif terhadap insulin pada pukul 4-5 pagi, sehingga jika diberikan pada saat itu, efeknya paling baik, walaupun dalam dosis lebih kecil. Efek obat penguat jantung juga lebih tinggi sampai 10-20 kali pada jam tersebut dibandingkan waktu-waktu yang lain. Hal ini karena tubuh manusia juga paling sensitif terhadap digitalis. Ini secara teoritis, mungkin pada prakteknya bisa sedikit bergeser waktunya, misalnya pukul 6 pagi.

2. Obat diuretik (pelancar air seni)

Paling baik digunakan pada pukul 7 pagi. Sangat penting untuk menggunakan obat pelancar seni pada waktu yang tepat karena itu terkait dengan fungsi ginjal dan hemodinamik. Selain itu juga pada umumnya pasien dalam keadaan terjaga, sehingga tidak mengganggu waktu tidur. Obat seperti hidroklortiazid memiliki efek samping yang lebih rendah jika dipakai pada pukul 7 pagi.

3. Penurun tekanan darah (anti hipertensi)

Waktu yang paling baik adalah pada pukul 9-11 pagi. Riset menunjukkan bahwa tekanan darah mencapai angka paling tinggi pada pukul 9-11 pagi, dan paling rendah pada malam hari setelah tidur. Sehingga secara umum, sebaiknya obat antihipertensi diminum pada pagi hari. Perlu hati-hati jika obat anti hipertensi diminum malam hari karena mungkin terjadi penurunan tekanan darah yang berlebihan pada saat tidur.

4. Anti asma

Waktu yang terbaik adalah pada pukul 3-4 sore. Hal ini karena pada saat itu produksi steroid tubuh berkurang, dan mungkin akan menyebabkan serangan asma pada malam hari. Karena itu, jika steroid dihirup sore hari, diharapkan akan mencegah serangan asma pada malamnya.

5. Anti anemia

Waktu yang paling baik adalah pukul 8 malam. Penggunaan obat anemia seperti Fe glukonat atau Fe sulfat, dll memberikan efek 3-4 kali lebih baik pada waktu itu daripada jika diberikan pada siang hari.

6. Obat penurun kolesterol

Waktu yang paling baik adalah pada pukul 7-9 malam, karena memberikan efek lebih baik.

Namun sekali lagi, paparan di atas adalah panduan umum waktu minum obat. Jika sudah ada aturan pakai dari Apotek, maka gunakan sesuai waktu yang dianjurkan. Satu hal lagi yang penting dalam waktu minum obat adalah interval minum obat.

Perhatikan interval waktu minum obat

Selain waktu minum seperti dipaparkan di atas, penting pula memperhatikan interval waktu minum obat. Maksudnya, jika obat diminta untuk diminum 2 kali sehari, maka interval waktu yang tepat adalah 12 jam. Jadi, jika obat diminum jam 7 pagi, waktu minum obat selanjutnya adalah pukul 7 malam, jangan diminum pagi dan siang. Mengapa? Ini terkait dengan ketersediaan obat di dalam tubuh. Tujuan obat diminum dua kali atau tiga kali, atau yang lain, adalah untuk menjaga agar kadar obat dalam tubuh berada dalam kisaran terapi, yaitu kadar obat yang memberikan efek menyembuhkan. Hal ini tergantung pada sifat dan jenis obatnya. Ada obat yang cepat tereliminasi dari tubuh karena memiliki waktu-paro (half life) pendek, ada yang panjang. Obat yang memiliki waktu paro pendek perlu diminum lebih kerap, sedangkan jika waktu paronya panjang bisa diminum dengan interval lebih panjang, misalnya 1 kali sehari. Nah, jika obat yang mestinya diminum 2 kali sehari diminum pagi dan siang (jarak hanya 6 jam), maka mungkin dapat menumpuk kadarnya dalam tubuh yang bisa memberikan efek tidak diinginkan, sementara interval waktu minum berikutnya menjadi terlalu panjang yang memungkinkan kadar obat dalam darah sudah minimal sehingga tidak berefek.


Untuk mendapatkan efek obat yang optimal, obat harus diminum pada waktu yang tepat. Tepat bisa terkait dengan sebelum atau sesudah makan, atau terkait dengan waktu pagi, siang, atau malam. Beberapa obat mungkin bisa diminum setiap saat tanpa mempengaruhi efeknya, sedangkan obat lain sebaiknya diminum pada saat-saat tertentu. Mengapa ada obat yang harus diminum sebelum atau sesudah makan? Pada umumnya orang berpendapat bahwa sebaiknya sebelum minum obat harus makan dulu sebagai “alas”. Tapi benarkah demikian ? Tidak, begini penjelasannya.

Obat adalah suatu senyawa kimia yang memiliki aneka sifat dan efek. Ketika obat diminum, tentu akan melewati lambung dan masuk ke dalam usus. Sebagian kecil obat diserap di lambung, dan sebagian besar adalah di usus halus yang permukaannya sangat luas. Pada dasarnya obat-obat dapat diserap dengan baik dan cepat jika tidak ada gangguan di lambung maupun usus, misalnya berupa makanan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan. Uniknya, ada obat-obat yang penyerapannya terganggu dengan adanya makanan, ada yang justru terbantu dengan adanya makanan, dan ada yang tidak terpengaruh dengan ada/tidaknya makanan. Hal ini akan menentukan kapan sebaiknya obat diminum, sebelum atau sesudah makan. Tapi jangan salah, yang dimaksud dengan sebelum makan adalah ketika perut dalam keadaan kosong. Sedangkan sesudah makan adalah sesaat sesudah makan, ketika perut masih berisi makanan, jangan lewat dari 2 jam. Kalau lebih dari dua jam setelah makan, makanan sudah diolah dan diserap, kondisinya bisa disamakan dengan sebelum makan. Antibiotika eritromisin dan amoksisilin misalnya, dan analgetika parasetamol, akan diserap lebih baik jika tidak ada makanan, sehingga lebih baik jika diminum sebelum makan. Sedangkan obat anti epilepsi fenitoin, atau obat hipertensi propanolol misalnya, akan terbantu penyerapannya dengan adanya makanan, sehingga sebaiknya diminum sesudah makan. Selain interaksi dengan makanan secara umum, obat tertentu dapat berinteraksi secara khusus dengan senyawa tertentu dari makanan. Contoh terkenal adalah antibiotika tetrasiklin. Tetrasiklin dapat berikatan dengan senyawa kalsium membentuk senyawa yang tidak dapat diserap oleh tubuh, sehingga mengurangi efek tetrasiklin. Jadi jika tetrasiklin diminum bersama susu, atau suplemen vitamin-mineral yang mengandung kalsium, efek tetrasiklin bisa jadi berkurang. Selain tetrasiklin, ada juga antibiotika golongan kuinolon, seperti siprofloksasin, ofloksasin, yang juga bisa mengikat logam-logam bervalensi dua atau tiga, seperti kalsium, magnesium, dan aluminium. Karena itu, sebaiknya tidak minum obat ini bersama-sama dengan obat-obat yang mengandung logam2 tersebut seperti pada komposisi obat maag (antasid). Jika terpaksa harus menggunakan obat maag (antasid) bersamaan dengan antibiotika tetrasiklin atau golongan kuinolon, sebaiknya diberi selang waktu sedikitnya 2 jam.

Selain interaksinya dengan makanan, sifat suatu obat juga menentukan kapan sebaiknya obat diminum. Beberapa obat tertentu dapat mengiritasi lambung sehingga menyebabkan tukak lambung, atau memperparah sakit maag. Contoh terkenal obat yang termasuk golongan ini adalah aspirin/asetosal, kortikosteroid (deksametason, hidrokortison, dll), dan obat-obat antiradang seperti diklofenak, piroksikam, dll yang sering digunakan untuk obat rematik. Obat-obat ini harus diminum sesudah makan.

Kapan sebaiknya minum obat: pagi, siang atau sore/malam?

Waktu terbaik untuk minum obat tergantung pada jenis obatnya. Di bawah ini adalah waktu minum obat berdasarkan golongan penggunaannya.

1. Obat diabetes dan penguat jantung

Waktu yang terbaik adalah pukul 4:00 – 5:00 pagi. Tubuh manusia paling sensitif terhadap insulin pada pukul 4-5 pagi, sehingga jika diberikan pada saat itu, efeknya paling baik, walaupun dalam dosis lebih kecil. Efek obat penguat jantung juga lebih tinggi sampai 10-20 kali pada jam tersebut dibandingkan waktu-waktu yang lain. Hal ini karena tubuh manusia juga paling sensitif terhadap digitalis. Ini secara teoritis, mungkin pada prakteknya bisa sedikit bergeser waktunya, misalnya pukul 6 pagi.

2. Obat diuretik (pelancar air seni)

Paling baik digunakan pada pukul 7 pagi. Sangat penting untuk menggunakan obat pelancar seni pada waktu yang tepat karena itu terkait dengan fungsi ginjal dan hemodinamik. Selain itu juga pada umumnya pasien dalam keadaan terjaga, sehingga tidak mengganggu waktu tidur. Obat seperti hidroklortiazid memiliki efek samping yang lebih rendah jika dipakai pada pukul 7 pagi.

3. Penurun tekanan darah (anti hipertensi)

Waktu yang paling baik adalah pada pukul 9-11 pagi. Riset menunjukkan bahwa tekanan darah mencapai angka paling tinggi pada pukul 9-11 pagi, dan paling rendah pada malam hari setelah tidur. Sehingga secara umum, sebaiknya obat antihipertensi diminum pada pagi hari. Perlu hati-hati jika obat anti hipertensi diminum malam hari karena mungkin terjadi penurunan tekanan darah yang berlebihan pada saat tidur.

4. Anti asma

Waktu yang terbaik adalah pada pukul 3-4 sore. Hal ini karena pada saat itu produksi steroid tubuh berkurang, dan mungkin akan menyebabkan serangan asma pada malam hari. Karena itu, jika steroid dihirup sore hari, diharapkan akan mencegah serangan asma pada malamnya.

5. Anti anemia

Waktu yang paling baik adalah pukul 8 malam. Penggunaan obat anemia seperti Fe glukonat atau Fe sulfat, dll memberikan efek 3-4 kali lebih baik pada waktu itu daripada jika diberikan pada siang hari.

6. Obat penurun kolesterol

Waktu yang paling baik adalah pada pukul 7-9 malam, karena memberikan efek lebih baik.

Namun sekali lagi, paparan di atas adalah panduan umum waktu minum obat. Jika sudah ada aturan pakai dari Apotek, maka gunakan sesuai waktu yang dianjurkan. Satu hal lagi yang penting dalam waktu minum obat adalah interval minum obat.

Perhatikan interval waktu minum obat

Selain waktu minum seperti dipaparkan di atas, penting pula memperhatikan interval waktu minum obat. Maksudnya, jika obat diminta untuk diminum 2 kali sehari, maka interval waktu yang tepat adalah 12 jam. Jadi, jika obat diminum jam 7 pagi, waktu minum obat selanjutnya adalah pukul 7 malam, jangan diminum pagi dan siang. Mengapa? Ini terkait dengan ketersediaan obat di dalam tubuh. Tujuan obat diminum dua kali atau tiga kali, atau yang lain, adalah untuk menjaga agar kadar obat dalam tubuh berada dalam kisaran terapi, yaitu kadar obat yang memberikan efek menyembuhkan. Hal ini tergantung pada sifat dan jenis obatnya. Ada obat yang cepat tereliminasi dari tubuh karena memiliki waktu-paro (half life) pendek, ada yang panjang. Obat yang memiliki waktu paro pendek perlu diminum lebih kerap, sedangkan jika waktu paronya panjang bisa diminum dengan interval lebih panjang, misalnya 1 kali sehari. Nah, jika obat yang mestinya diminum 2 kali sehari diminum pagi dan siang (jarak hanya 6 jam), maka mungkin dapat menumpuk kadarnya dalam tubuh yang bisa memberikan efek tidak diinginkan, sementara interval waktu minum berikutnya menjadi terlalu panjang yang memungkinkan kadar obat dalam darah sudah minimal sehingga tidak berefek.


sumber : http://zulliesikawati.wordpress.com

Sunday, October 24, 2010

Perempuan Darah O Sulit Hamil

Peringatan buat para wanita bergolongan darah O jangan menunda untuk memiliki anak jika sudah cukup umur. Karena perempuan darah O paling sedikit memiliki sel telur yang jika terlambat punya anak akan sulit hamil.




Ilmuwan menemukan perempuan dengan golongan darah O berada pada risiko lebih tinggi mengalami kehabisan sel telur yang sehat, sehingga nantinya ia mengalami kesulitan untuk hamil seiring bertambahnya usia.

Terobosan penemuan ini bisa menjadi petunjuk bagi perempuan untuk mengambil keputusan apakah akan terus mengejar karir atau kehilangan kesempatan untuk memiliki anak.

Pada dasarnya cadangan ovarium (sel telur) seorang perempuan berangsur-angsur akan berkurang seiring bertambahnya usia. Bayi perempuan yang baru lahir bisa memiliki sel telur hingga 2 juta, tapi saat ia mencapai pubertas sel telurnya akan berkurang menjadi 400.000.

Peneliti Amerika menemukan bahwa orang-orang dengan golongan darah O dua kali lebih mungkin memiliki cadangan ovarium yang rendah atau memiliki jumlah sel telur yang sedikit dibandingkan dengan golongan darah lain.

Peneliti dari Yale University dan Albert Einstein College of Medicine, New York melibatkan 563 perempuan berusia di bawah 45 tahun yang sedang menjalani perawatan kesuburan. Dalam studi ini peneliti membandingkan kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH), yaitu zat kimia dalam darah yang jika kadarnya tinggi menunjukan orang tersebut memiliki cadangan sel telur yang sedikit.

Jika kadar FSH lebih dari 10 akan membuat seseorang sulit untuk hamil, dan jika kadar FSH nya lebih tinggi dari 20 maka dianggap tidak subur (infertil). Berdasarkan hasil penelitian yang dipresentasikan dalam American Society for Reproductive Medicine di Denver, Colorado, perempuan dengan tipe golongan darah O dua kali lebih mungkin memiliki kadar FSH di atas 10.

"Kami menemukan bahwa perempuan dengan golongan darah A dan AB memiliki gen golongan darah A yang dapat melindunginya dari kekurangan cadangan sel telur. Sedangkan perempuan dengan tipe darah O tidak memiliki antigen A atau B," ujar Dr Edward Nejat, dari Albert Einstein College of Medicine, seperti dikutip dari Dailymail, Senin (25/10/2010).

Mengetahui tipe golongan darah seseorang adalah suatu hal yang penting untuk proses hamil dan mengetahui risiko penyakit. Orang dengan golongan darah A atau AB lebih mungkin untuk menderita penyakit jantung dan stroke, sedangkan orang dengan tipe golongan darah O berisiko mengalami radang sendi dan juga infeksi perut tertentu seperti E.coli.


info by : detik health..